Minggu, 09 Februari 2014

Puisi Masa Depan

Kadang aku merasa ,
Tak ada gunanya aku hidup
Seluruh hidupku selalu penuh dengan kesalahan
Tak pernah ada kebahagiaan sedikitpun
Semua terasa begitu hambar

Seketika kupejamkan mata ini,
Perlahan-lahan air mata membasahiku,
Ku rasakan, pa

Puisi Digital Diprediksi Merajai Puisi Masa Depan

Seorang pengajar di Universitas Brisbane mempopulerkan puisi digital interaktif dan berhasil menarik perhatian jutaan penonton setiap tahunnya. Ia memprediksi puisi digital akan merajai karya sastra puisi di masa depan.
Dosen otodidak, pendiri situs secrettechnology.com, Jason Nelson mengatakan ia awalnya menulis puisi yang ditulis dan dicetak secara tradisional. Tapi kecintaanya kepada teknologi, dikombinasi dengan rasa frustasinya yang tidak bisa diungkapkan oleh dirinya sendiri,  membawa Nelson bereksperimen dengan puisi digital.
"Saya selalu tertarik dengan bagaimana alat peranti lunak bisa digunakan dalam karya-karya kreatif dan kemudian saya mulai bereksprimen bagaimana jika alat-alat interaktif  seperti mesin permainan dan kode situs,  digunakan untuk membentuk ulang sebuah puisi,” kata Nelson.

Merencanakan Masa Depan Jangan Cuma Mimpi!

Merencanakan masa depan? Waduh, untuk menjalani yang ada di depan mata saja masih kelimpungan! Begitu komentar kebanyakan orang saat disinggung soal apa rencana masa depan mereka.

Alasan yang mereka lontarkan cukup beragam, dari mulai pendapatan yang jumlahnya tak seberapa, sampai soal tak banyak orang yang memiliki kebiasaan di keluarga dan lingkungannya untuk memiliki rencana di masa depan.

Padahal, memiliki perencanaan masa depan atas kehidupan yang Anda dan keluarga jalani sangat penting. Jangankan hidup tanpa rencana alias kumaha engke, hidup dengan rencana saja bisa meleset dari target-target yang telah ditetapkan. Tetapi walau meleset, paling tidak masih ada hal-hal lain yang berjalan sesuai rencana, dan hal itu jauh lebih baik ketimbang hidup tanpa rencana.


Khawatir dengan Masa Depan

Merasa khawatir adalah bagian dari pola pengasuhan anak. Khawatir, sih, boleh-boleh saja. Namun, apakah kekhawatiran Anda itu normal, ataukah hanya sekadar kekhawatiran yang berlebihan serta cenderung tak masuk akal?

Masa depan suram
Orangtua khawatir anak tidak mendapatkan pendidikan dan kesempatan untuk mencapai cita-citanya.Inilah ketakutan utama yang dihadapi orangtua di seluruh dunia. Dalam bukunya Parenting Inc, Pamela Paul memperlihatkan bagaimana ketakutan ini menjadi sebuah keuntungan bagi industri.  Lihat saja bagaimana mainan edukatif laris manis di pasaran. Dengan membeli mainan edukatif, produsen mengklaim bahwa anak-anak sudah selangkah lebih maju untuk sukses.  Pamela menyadari bahwa kekhawatiran ini sangat rasional mengingat iklim perekonomian yang menakutkan dan persaingan dunia yang semakin ketat. Orang tua ingin memperjuangkan pendidikan  sebaik mungkin untuk anak-anaknya agar masa depan lebih baik dari orang tua mereka.


Masa Lalu dan Masa Depan




Pernahkah membaca tulisan yang menceritakan sebuah eksperimen yang dilakukan
 di Woods Hole Oceanographic Institute ?

Seekor ikan barracuda dimasukkan ke dalam sebuah akuarium berukuran sedang yang 

bagian tengahnya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas transparan.

Di sisi lain, ada banyak ikan kecil yang merupakan makanan kesukaan si barracuda.

Ketika lapar, berkali-kali ikan barracuda mencoba untuk memangsa ikan kecil tersebut,
 namun usahanya selalu sia-sia karena terbentur kaca pembatas transparan tadi.

Setelah berminggu-minggu mencoba dan tetap tidak berhasil, si barracuda menyerah
dengan menerima kenyataan bahwa perburuan ikan kecil tersebut hanya mengakibatkan
kesakitan pada hidung dan mulutnya.

Guru Masa Depan

GURU MASA DEPAN Bangsa kita, masyarakat kita, sangat membutuhkan para guru-guru yang mampu mengangkat citra dan marwah pendidikan kita yang terkesan sudah carum marut, dan seperti benang kusut. Sehingga bagaimana harus dimulai, kapan dan siapa yang memulainya, dan dari mana harus dimulai.

Kalaulah kita masing-masing menyadari, dan kalaulah kita masih memiliki rasa keperdulian, dan kalaulah kita mau berbagi rasa, dan kalaulah mau kita berteposeliro, maka pendidikan kita seperti disebutkan di atas, akan dapat dianulir. Oleh sebab itu semua kita memiliki satu persepsi, satu langkah dan satu tujuan bagaimana kita berusaha mengangkat "batang terendam" tersebut, menjadi pendidikan bermutu, dan tentunya diharapkan mampu untuk mengangkat peringkat dan citra pendidikan termasuk terendah di Asia.

( TANYA-JAWAB ) MASA DEPAN DUNIA ISLAM

Menurut hadits shahih, masa akhir zaman ini terbagi menjadi lima. Pertama, masa kenabian, saat Rasulullah masih hidup. Kedua, masa Khulafaur Rasyidin, mulai Abubakar, Umar, Usman, dan Ali. Ketiga, masa raja-raja menggigit (maalikan 'adhan), yaitu masa setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu eAnhu sampai runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah (1924). Keempat, masa maalikan jabariyan (penguasa diktator). Kelima, masa kembalinya sistem khilafah.

Saat ini kita hidup di masa yang mana?

Sekarang masa banyaknya penguasa diktator, dan sedang hot-hot-nya. Ummat Islam sedang kalah. Tetapi itu memang sudah sunatullah, bahwa ada kalanya menang, ada kalanya kalah. Kita pun harus optimis, akan tiba waktunya ummat Islam memperoleh kemenangan.

Menjadi Majikan Bagi Nasib Diri Sendiri

Miskin dan kaya adalah nasib ” ini adalah mitos yang berlaku di dalam masyarakat, khususnya di negara berkembang. Tak terkecuali di negara kita, Indonesia.
Kita sering mendengar, bahkan mungkin termasuk di antara kita pernah berucap; miskin sudah merupakan nasib kita. Bagaimanapun kita bekerja keras, tidak mungkin berubah, karena ini sudah suratan takdir. Sebaliknya, kalau nasib kita sudah ditentukan kaya dari “sononya”, maka usaha apa pun, bahkan kerja “seenaknya” bisa menjadikan kita sukses dan kaya.
Mitos seperti ini, sadar atau tidak, sudah diterima secara dogmatis di dalam masyarakat kita. Ditambah dengan mitos-mitos modern yang destruktif, seperti; bila kita berpendidikan rendah (hanya lulusan SMA/SMP/bahkan SD) maka spontan yang timbul di benak kita; kita sulit maju, sulit sukses dan kaya. 
Dengan persepsi seperti ini, jelas kita telah terkena penyakit mitos yang menyesatkan. Hal ini akan mempengaruhi sikap mental dalam praktek di kehidupan nyata, sehingga menghasilkan kualitas hidup “ala kadarnya” atau sekedar hidup. Jika mitos ini dimiliki oleh mayoritas masyarakat kita, bagaimana mungkin kita bisa mengentaskan kemiskinan untuk menuju pada cita cita bangsa , yaitu; masyarakat adil-makmur dan sejahtera.

Kemiskinan sering kali merupakan penyakit dari pikiran dan hasil dari ketidaktahuan kita tentang prinsip hukum kesuksesan yang berlaku. Bila kita mampu berpikir bahwa kita bisa sukses dan mau belajar, serta menjalankan prinsip-pinsip hukum kesuksesan, mau membina karakteristik positif, yaitu; punya tujuan yang jelas, mau kerja keras, ulet, siap belajar, dan berjuang, maka akan terbuka kemungkinan-kemungkinan atau aktifitas-aktifitas produktif yang dapat merubah nasib gagal menjadi sukses. Miskin menjadi kaya! Seperti pepatah dalam bahasa Inggris “character is destiny”, karakter adalah nasib.
Tidak peduli bagaimana Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna kulit apa, atau apa latar belakang pendidikan Anda. Ingat, Anda punya hak untuk sukses!!!
Seperti kata-kata mutiara yang saya tulis; Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati.

Hancurkan mitos “miskin adalah nasib saya!”
Bangun karakter dan mental sukses!!!
Karena kita adalah penentu masa depan kita sendiri!
Majikan bagi nasib kita sendiri!
Sekali lagi, coh che chi ming yuin tek cu ren. Jadilah majikan bagi nasib diri sendiri.
Sumber:http://rahasia-masa-depan.blogspot.com/2013/02/menjadi-majikan-bagi-nasib-diri-sendiri.html#more